Kamu yang bekerja di industri IT pasti sudah paham betul dengan jargon “as code”, yang fungsinya menyederhanakan tugas-tugas IT rumit dan time consuming dengan mengotomatiskan beberapa atau seluruh proses manual.
Kini, di era yang serba digital, seluruh komponen IT bisa dijadikan “as code”, dengan bahasa coding yang user friendly dan bisa hadir dalam berbagai jenis platform otomatisasi. Kemudahan ini bahkan membantu tim IT untuk menciptakan dan mengkustomisasikan solusi otomatis, untuk meningkatkan efisiensi dalam skala masif.
Ketika metode ini bisa diperluas ke setiap lapisan IT stack, Infrastructure as Code (IaC) menjadi contoh yang paling utama. Infrastructure as Code mengelola dan mem-provision infrastruktur lewat code ketimbang melakukannya via proses manual. Menariknya, IaC justru semakin diadopsi bisnis dalam mengotomatisasikan proses-proses manual mereka agar software development dapat berjalan dengan konsisten, agile, dan terarah.
Untuk lebih jelasnya, pelajari apa itu Infrastructure as Code, termasuk cara kerjanya, masalah apa saja yang bisa diatasi, manfaat, tools dan kapan harus menggunakannya dalam artikel ini.
Table of Contents
Apa Itu Infrastructure as Code (IaC)?
Infrastructure as Code adalah proses otomatisasi manajemen dan provisioning infrastruktur IT dengan mengkodifikasikannya sebagai software. Cara ini membantu kalangan developer untuk men-define dan men-deploy komponen infrastruktur penting secara otomatis, untuk mendukung aplikasi seiring mereka membangunnya demi meningkatkan kecepatan.
Infrastructure as Code menggunakan code deskriptif yang meniru cara DevOps untuk melakukan source code. Sebagai gantinya, Infrastructure as Code menawarkan kecepatan deployment yang meningkat serta kolaborasi lintas tim tanpa adanya kerumitan.
Cara Kerja Infrastructure as Code
Sebelum kamu mengeksplor tools untuk menerapkan Infrastructure as Code, setidaknya kamu harus mengetahui beberapa cara kerja dan rules-nya terlebih dahulu. Secara general, Infrastructure as Code melibatkan tiga langkah berikut ini.
1. Developer men-define dan menulis spesifikasi infrastruktur dalam bahasa yang domain-specific.
2. File yang diciptakan akan dikirim baik ke management API, master server, atau code repository.
3. Platform akan mengambil seluruh tindakan penting untuk menciptakan dan mengkonfigurasikan computing resource.
Setiap library akan menciptakan infrastruktur optimal untuk lingkungan Infrastructure as Code menurut kebutuhan dan spesifikasi library. Adapun dua jenis struktur lingkungan ini bisa beroperasi dalam Declarative dan Imperative. Struktur Declarative men-define library mana yang bisa diinstal dan sistem mana yang akan hadir, sedangkan struktur Imperative men-define cara lingkungan akan dikonfigurasi.
Terlepas dari cara kerja, ada juga rules yang perlu diperhatikan developer dalam menerapkan Infrastructure as Code. Berikut di antaranya.
1. Kolaborasi
Tim DevOps atau baik secara terpisah–Dev dan Ops–harus berkolaborasi pada konfigurasi dan provisioning.
2. Tulis Tes
Pastikan value penting dari Infrastructure as Code dengan memulai unit testing, performance testing, atau integration testing.
3. Source Control
Lakukan cara ini untuk mengkonfigurasi file, lakukan cara seperti Semantic versioning atau commit name rules.
4. Dokumentasi Minimal
Code kamu harus bisa self-explaining, maka dari itu lakukan dokumentasi seminimal mungkin. Namun, pada proyek-proyek lebih besar, kamu bisa menggunakan dokumentasi yang ter-update.
Apa Saja Masalah yang Dapat Diatasi Infrastructure as Code?
Infrastructure as Code mengatasi masalah lingkungan infrastruktur yang rumit. Dalam organisasi besar, memiliki ratusan aplikasi dianggap hal yang biasa. Masing-masing aplikasi ini bahkan punya persyaratan infrastruktur spesifik berdasarkan arsitektur, fungsi, trafik, dan masih banyak lagi.
Meningkatkan jumlah lingkungan unik juga artinya menambahkan lebih banyak kerumitan dalam deployment baru, seiring perubahan dalam satu stack mungkin saja tidak menghasilkan dampak yang sama ke yang lainnya.
Dampaknya, tim IT akan sering menghadapi proses manual yang juga memakan waktu. Situasi ini bahkan juga dapat berdampak pada tim operasional, karena mereka seringkali tersentralisasi dan dilepas dari proses development, dan sulit bagi tim operasional untuk mengobservasi dan mengelola lingkungan mereka dengan efektif. Masalah ini bisa mengakibatkan isu performa dan keamanan, yang mana mengakibatkan bisnis untuk mengeluarkan biaya dan waktu yang lebih banyak.
Namun dengan menerapkan Infrastructure as Code, tim IT bisa mengotomatisasikan seluruh tugas-tugas ini dan lebih fokus pada isu-isu yang lebih penting.
Baca Juga: Mengenal Infrastrcuture-as-a-Service (IaaS) Serta Manfaatnya Bagi Bisnis
Apa Saja Manfaat Infrastructure as Code?
Infrastructure as Code menjanjikan banyak manfaat, berikut beberapa rangkuman benefit yang bisa disimak.
1. Kecepatan
Dengan mengotomatisasikan konfigurasi dan deployment infrastruktur, bisnis dapat menyederhanakan software development lifecycle mereka, sehingga dapat menghadirkan software berkualitas tinggi lebih cepat sambil meningkatkan kolaborasi antar tim.
2. Konsistensi
Infrastructure as Code memungkinkan developer untuk melakukan provisioning aplikasi berdasarkan cara terbaik, sehingga menghindari risiko-risiko seperti human error dan membebaskan sistem administrator untuk tugas-tugas yang lebih penting.
3. Keselarasan
Infrastructure as Code meningkatkan kolaborasi dan keselarasan antar tim, karena developer yang tahu aplikasi dan persyaratan infrastruktur mereka secara baik bisa men-define persyaratan ini sambil membangunnya dengan optimal.
Apa Saja IaC Tools Terbaik?
Kini, saatnya kamu pelajari IaC tools terbaik untuk menerapkan Infrastructure as Code.
1. AWS CloudFormation
Declarative, provisioning, antarmuka drag-n-drop, andal, tersedia dan didukung infrastruktur AWS skalabel.
2. Azure Resource Manager
Declarative, group deployment, opsi group pricing menggunakan template JSON ketimbang YAML.
3. Google Cloud Deployment Manager
Declarative, terintegrasi dengan Google Cloud Service lainnya, console UI, mendukung Python dan JINJA.
4. Puppet
Declarative, memiliki bahasa sendiri untuk Infrastructure as Code, tetapi membutuhkan master server.
5. Chef
Imperative (menerapkan prosedur), membutuhkan master server dan open source.
5. Terraform
Declarative, provisioning, masterless, dan open source.
6. Vagrant
Berjalan di AWS, Puppet, Chef, dan lainnya, serta menjadi cara untuk virtualisasi mesin.
Perhatikan Hal Ini Saat Mengimplementasikan Infrastructure as Code
Kamu harus mengetahui bahwa tidak ada model yang “pas” untuk men-deploy Infrastructure as Code. Karenanya, saat tahu kapan harus menggunakannya secara efektif, kamu harus melakukan beberapa best practice yang akan dijelaskan berikut ini.
1. Uji Terus
Infrastructure as Code adalah code, dan maka dari itu membutuhkan testing reguler. Semakin sering diuji, berarti kamu akan tahu hasil yang lebih clear.
2. Prioritaskan Source
Kamu harus menyimpan seluruh instruksi dan spesifikasi infrastruktur dalam file-file konfigurasi. Jadikan file ini sebagai source tunggal untuk semua operasional Infrastructure as Code.
3. Deploy Version Management
Sumber ini akan terus berubah, maka dari itu penting untuk kamu men-deploy version management tools sehingga tim dapat mengetahui apa saja, kapan dan mengapa perubahan terjadi.
4. Minimalisir Dokumentasi
Salah satu benefit Infrastructure as Code adalah mengurangi kerumitan lewat otomatisasi. Over-documentation memperkenalkan isu ini dan bisa berakibat ke konfigurasi data dan lingkungan tidak sync. Karena file konfigurasi membentuk source tunggal, mereka membutuhkan dokumentasi yang minimal.
5. Monitoring
Infrastructure as Code menciptakan layer abstrak yang dapat berdampak pada kehilangan visibilitas dan kontrol. Untuk menjaga visibilitas dan infrastruktur berpengaruh pada keamanan, performa, dan ketersediaan, penting bagi kamu untuk menggabungkan observabilitas ke development lifecycle. Untuk melakukannya, kamu bisa menggunakan monitoring sebagai code untuk melakukan define dan deploy.
Baca Juga: Penasaran Gimana Cara Menjadi Cloud Engineer? Cek di Sini
Tentang Indonesia Cloud Community (iCCom)
iCCom atau Indonesia Cloud Community adalah komunitas bagi masyarakat dari berbagai kalangan yang antusias dengan perkembangan teknologi cloud computing di Indonesia. Sebagai organisasi non-profit, iCCom berupaya berkontribusi pada pertumbuhan sumber daya ahli cloud di Tanah Air. Kami mengajak semua pegiat cloud, mulai dari kalangan pemula hingga profesional.
Kehadiran iCCom bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota untuk menjadi pakar cloud di Indonesia. Selain itu, iCCOm juga akan memberdayakan anggota untuk saling berbagi pengetahuan dan praktik terbaik mengenai cloud dengan anggota lain.
Anggota yang tergabung dalam iCCom dapat melakukan sesi jejaring dengan anggota lain agar mendapat wawasan mengenai teknologi cloud. Di samping itu, kehadiran iCCOm juga dapat meningkatkan karier anggota dengan menawarkan platform portofolio atau pengalaman mereka melalui rangkaian acara komunitas.
Lantas, apa saja benefit yang akan diperoleh dengan bergabung menjadi anggota iCCom? Anda secara eksklusif bisa mendapat pembaruan dan berita terkini mengenai cloud, menerima undangan eksklusif ke acara iCCom, menjadi bagian dari perjalanan pembelajar bersama pada pakar cloud, bergabung dengan forum diskusi, hingga bertemu dengan sesama pegiat untuk mengeksplorasi teknologi cloud.
Jelajahi berbagai aktivitas eksklusif dan menarik bersama anggota iCCom lainnya, mulai dari workshop bersama pakar di bidang cloud, sesi mentoring dan networking, bootcamp, hingga kesempatan menulis artikel blog untuk memberikan informasi terbaru kepada sesama anggota.
Pelajari Lebih Banyak tentang Infrastructure as Code Bersama iCCom
Kini saatnya Anda bergabung menjadi anggota iCCom dan tumbuh menjadi ahli di strategi Infrastructure as Code di Indonesia. Gabung bersama iCCom sekarang, GRATIS dan nikmati semua aktivitas yang telah kami agendakan secara eksklusif hanya untuk Anda.
Dapatkan kesempatan menghadiri serangkaian acara iCCom untuk mendapatkan informasi, keterampilan, dan insight baru mengenai perkembangan teknologi cloud. Segera daftarkan diri Anda sekarang untuk menjadi anggota komunitas iCCom di sini.
Penulis: Jeko Iqbal Reza
Content Writer CTI Group