Dengan meluasnya adopsi cloud, semakin banyak perusahaan yang memigrasikan seluruh infrastruktur IT-nya ke cloud. Lantas, bagaimana cara yang paling efektif bagi perusahaan dalam melakukan migrasi cloud? Sebelum membahas lebih lanjut, mari bahas kembali dari awal terkait definisi migrasi cloud itu sendiri.
Migrasi cloud adalah perpindahan beberapa atau seluruh komponen dan kapabilitas data center sebuah perusahaan, entah itu data, aplikasi dan berbagai proses IT. Perpindahan ini biasanya dilakukan dari data center on-premise ke data center yang berbasis cloud. Migrasi cloud juga menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan bisnis karena menawarkan skalabilitas, operasional yang efisien, biaya lebih hemat, keamanan serta fleksibilitas yang lebih baik. Tujuannya simpel, yaitu menjaga pertumbuhan bisnis di era digital dan terkoneksi, demi meningkatkan fleksibilitas akses.
Table of Contents
Terapkan Strategi Migrasi Cloud “7R”
Sebelum memulai migrasi, Anda bisa lebih dulu memilah strategi migrasi cloud berdasarkan konsep “7R”. Anda bisa memanfaatkan semua aspek strategi ini atau hanya beberapa saja. Berikut pemaparannya.
Re-host
Re-host memungkinkan aplikasi digeser dari lingkungan IT khusus ke lingkungan bersama. Strategi ini mampu menghemat biaya operasional hingga 30 persen. Re-hosting dapat diotomatisasi dengan tools atau dilakukan secara manual, tetapi risikonya rendah dengan medium return. Re-host juga membuat refactoring lebih mudah karena aplikasi, data dan akses sudah berbasis cloud.
Re-platform
Proses ini menggantikan beberapa komponen aplikasi dan menyimpannya di dalam lingkungan cloud. Komponen diganti atau dibangun ulang untuk mengambil keuntungan dari lingkungan cloud, dengan kata lain mengoptimalkan fungsi cloud-native. Contoh paling simpel dari cara ini adalah migrasi database ke platform cloud-native.
Re-factor/Re-architect
Re-factor memerlukan investasi terbesar, tetapi menghasilkan return terbaik. Penggunaan opsi ini sering didorong oleh kebutuhan bisnis akan fitur, kinerja, atau skalabilitas.
Merancang ulang aplikasi yang usang untuk memanfaatkan fitur cloud-native dalam mendukung pencapaian tujuan bisnis juga menjadi salah satu alasan terbaik untuk bermigrasi ke cloud.
Repurchase
Dengan cara yang sama seperti berpindah dari infrastruktur IT khusus yang dimiliki ke platform bersama, mengubah model keuangan IT Anda dari model Total Cost of Ownership ke model biaya berbasis konsumsi layanan cloud.
Perpindahan ke Software-as-a-Service mengubah software dari investasi menjadi item pengeluaran. Demikian juga dengan membeli Commercial Off the Shelf (COTS), yang biasanya lebih hemat biaya daripada membangun dan memelihara sendiri, terutama jika Anda tidak memiliki persyaratan yang ketat.
Relocate
Relocate memindahkan infrastruktur Anda ke cloud tanpa harus membeli hardware baru. Nantinya, Anda akan memutuskan task mana yang akan dibawa untuk me-relocate aplikasi, agar pengelolaannya lebih mudah dan tentunya menghemat biaya pensakalaan.
Retain
Retain pada dasarnya adalah strategi point-in-time, yang memungkinkan Anda untuk memutuskan mempertahankan aplikasi tertentu di on-premise untuk saat ini. Bisa jadi, aplikasi ini akan tak lagi digunakan, mungkin juga, aplikasi ini akan membutuhkan re-architecting yang besar sebelum Anda dapat memigrasikannya nanti.
Retire
Dalam banyak kasus, ditemukan sejumlah besar aplikasi di lingkungan migrasi yang tak lagi diperlukan, dan alangkah lebih baik untuk melakukan retirement pada aplikasi ini demi meningkatkan penghematan biaya pengelolaan.
Seperti Apa Langkah Mudah Migrasi ke Cloud?
Setelah memilah strategi 7R, proses berikutnya adalah mempersiapkan langkah migrasi cloud secara matang. Berikut aspek-aspek langkah yang bisa dipersiapkan.
1. Tetapkan Tujuan Migrasi
Anda harus tahu tujuan melakukan migrasi cloud. Pastikan migrasi cloud dilakukan untuk goal yang clear, seperti untuk kebutuhan DevOps, disaster recovery, atau hosting workload. Pastikan juga jenis data apa saja yang nantinya akan disimpan di cloud.
2. Pilih Layanan Cloud yang Sesuai
Setelah menetapkan tujuan, Anda juga harus cermat dalam memilih penyedia layanan cloud. Pilihlah layanan cloud yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana Anda. Pastikan juga tingkat kompatibilitas sistem serta aplikasi terhadap lingkungan baru yang ada di layanan tersebut.
3. Tinjau Ulang Biaya Layanan Cloud
Dalam memilih layanan cloud, Anda juga harus menghitung biaya operasional secara teliti, dan jangan sampai nantinya biaya langganan cloud tahunan atau bulanan malah membengkak karena ada anggaran yang di luar perkiraan. Keep in mind bahwa biaya juga akan bergantung pada penggunaan cloud, kerumitan infrastruktur yang ada, kapasitas storage, serta paket yang ditawarkan oleh penyedia layanan cloud.
4. Pastikan Tingkat Kepatuhan Regulasi
Berikutnya setelah pertimbangan biaya, Anda juga harus kembali memastikan tingkat kepatuhan penyedia cloud terhadap regulasi. Pasalnya, berdasarkan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Indonesia, peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) menyatakan pada Peraturan Pemerintah (PP) no 71 tahun 2019 pasal 21, server
penyedia cloud harus berada di wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, biasanya sebelum melakukan migrasi, sebuah organisasi biasanya juga sudah punya sertifikasi PCI DSS atau ISO 27001. Jika sistem yang hendak dipindahkan masuk ke dalam lingkup seritifikasi, direkomendasikan untuk memilih penyedia layanan cloud yang juga punya sertifikasi serupa, agar risiko keamanan yang ada di semua aset nantinya bisa dipindah secara aman.
5. Tinjau Kembali Strategi Migrasi Cloud
Kalau rencana migrasi cloud Anda akan memakan skala sistem yang masif, pastikan untuk memprioritaskan bagian sistem mana yang akan dipindahkan terlebih dahulu. Disarankan untuk memulai dari bagian sistem paling kecil dan mudah agar orang yang bertanggung jawab dengan proses migrasi nanti akan terbiasa dengan lingkungan cloud baru.
Anda juga harus meninjau beberapa aspek strategi pemindahan, seperti risiko gangguan operasional, durasi waktu migrasi, waktu downtime maksimal, serta yang terpenting risiko kegagalan dalam proses migrasi.
6. Pastikan Hapus Sistem Legacy
Setelah proses migrasi selesai, Anda juga harus memastikan sistem legacy untuk dihapus. Pasalnya, sistem semacam ini menjadi celah kerentanan yang bisa dibobol hacker untuk menebar ancaman siber.
7. Maintenance Berkelanjutan
Pastikan juga untuk melakukan maintenance berkelanjutan setelah proses migrasi selesai. Anda juga harus berkomunikasi dengan penyedia layanan cloud terkait maintenance yang ditawarkan, untuk bisa memantau performa secara maksimal dan terus menerus.
Rekomendasi Tools Migrasi Cloud
Dengan mempelajari langkah-langkah migrasi cloud di atas, Anda juga harus memahami bahwa proses migrasi cloud yang efektif pun tak akan lepas dari dukungan tools migrasi cloud yang optimal, seperti cloud migration tools dan assessment tool.
Cloud migration assessment tools membantu Anda untuk melakukan evaluasi infrastruktur IT dan melakukan analisis terkait manfaat keamanan, biaya dan faktor risiko migrasi ke cloud. Adapun tools yang bisa digunakan seperti KTern, CAST Highlight, Azure Migrate, Tidal Migrations, AWS Cloud Adoption Readiness Tool (CART), serta StratoZone.
Sementara, cloud migration tools menjadi layanan yang membantu Anda memindahkan data dari server atau data center on-premise ke cloud. Beberapa di antaranya seperti AWS Migration Services, Azure Migration Tools, Carbonite Migrate, Google Cloud Migration Services, Cloudscape, ScienceLogic, dan AppDynamics.
Pastikan untuk Persiapkan SDM Sebagai Pengelola Cloud
Selain mempersiapkan semua hal yang disebutkan di atas, Anda juga harus memastikan bahwa migrasi cloud yang nanti berlangsung juga harus dikelola personel khusus. Karenanya, penting untuk mencari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengelola cloud. Sebab, implementasi cloud nanti akan melibatkan banyak aspek penting yang harus dimonitor secara berkala, seperti pengelolaan ITdan kontrol akses.
Tentang Indonesia Cloud Community (iCCom)
iCCom atau Indonesia Cloud Community merupakan komunitas bagi masyarakat dari berbagai kalangan yang antusias dengan perkembangan teknologi cloud computing di Indonesia. Sebagai organisasi non-profit, iCCom berupaya berkontribusi pada pertumbuhan sumber daya ahli cloud di Tanah Air. Kami mengajak semua pegiat cloud, mulai dari kalangan pemula hingga profesional.
Kehadiran iCCom bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota untuk menjadi pakar cloud di Indonesia. Selain itu, iCCom juga akan memberdayakan anggota untuk saling berbagi pengetahuan dan praktik terbaik mengenai cloud dengan anggota lain.
Anggota yang tergabung dalam iCCom dapat melakukan sesi jejaring dengan anggota lain agar mendapat wawasan mengenai teknlogi cloud. Di samping itu, kehadiran iCCom juga dapat meningkatkan karier anggota dengan menawarkan platform portofolio atau pengalaman mereka melalui rangkaian acara komunitas.
Lantas, apa saja benefit yang akan diperoleh dengan bergabung menjadi anggota iCCom? Anda secara eksklusif bisa mendapat pembaruan dan berita terkini mengenai cloud, menerima undangan khusus ke acara iCCom, menjadi bagian dari perjalanan pembelajar bersama pada pakar cloud, bergabung dengan forum diskusi, hingga bertemu dengan sesama pegiat untuk mengeksplorasi teknologi cloud.
Jelajahi berbagai aktivitas eksklusif dan menarik bersama anggota iCCom lainnya, mulai dari workshop bersama pakar di bidang cloud, sesi mentoring dan networking, bootcamp, hingga kesempatan menulis artikel blog untuk memberikan informasi terbaru kepada sesama anggota.
Baca Juga: Mengenal Apa itu Cloud Computing: Cara Kerja, Jenis, dan Manfaatnya
Mari Bergabung Bersama iCCom
Kini saatnya Anda bergabung menjadi anggota iCCom dan tumbuh menjadi ahli di bidang cloud computing di Indonesia. Gabung bersama iCCom sekarang, GRATIS dan nikmati semua aktivitas yang telah kami agendakan secara eksklusif hanya untuk Anda.
Dapatkan kesempatan menghadiri serangkaian acara iCCom untuk mendapatkan informasi, keterampilan, dan insight baru mengenai perkembangan teknologi cloud. Segera daftarkan diri Anda sekarang untuk menjadi anggota komunitas iCCom disini.
Penulis: Jeko Iqbal Reza
Content Writer CTI Group